ALAM TERBENTANG JADIKAN GURU


MERAH DARAHKU, PUTIH TULANGKU
Berani dan sucu adalah sebuah makna yang mengandung arti yang mendalam. Itulah tanda keemasan Negara Republik Indonesia "Sang Merah Putih". Sedikit saya akan menjelaskan sejarah bendera merah putih, langsung aja.

Merah putih adalah lambang serta kehormatan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Di mana para pahlawan telah berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membela serta mempertahankan Sang Merah Putih agar tetap berkibar di Bumi Pertiwi.
Pada dasarnya, merah putih itu sendiri telah digunakan sebagai bendera kerajaan ataupun kesatuan. Misalnya, tentara nagkatan Jayakatwang pada tahun 1292 dan masih banyak lagi kesatuan ataupun perhimpunan yang menggunakan warna merah putih sebagai lambang yang mempunyai arti berani dan suci itu. Merah putih menjadi bendera kebangsaan NRI setelah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 35.
Bendera merah putih yang pertama di jahit oleh Ibu Fatmawati (Istri Bung Karno). Pada hari Proklamasi tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, Sang Merah Putih di kibarkan oleh Latief Hendra tepatnya di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Terakhir kali bendera pusaka tersebut di kibarkan tahun 1969. Karena sedah tua, Sang Saka Merah Putih diduplikat sebagai gantinya untuk pengibaran bendera yang ruti kita laksanakan setiap tahunnya.
Tetaplah berkibar bendera negeriku dilangit yang biru.
"Berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira. Di seluruh pantai Indonesia, kau tetap pujaan bangsa. Siapa berani menurunkan egkau, serempak rakyatmu membela. Sang Merah Putih yang perwira, berkibarlah selama-lamanya."

[+/-] Selengkapnya...


THE FOUNDER
Lord Baden-Powell of Gilwell adalah pendiri gerakan Kepramukaan. Nama lengkapnya adalah Robert Stephenson Smyth. Ia lahir di Kota London, Inggris, tepatnya 22 Februari 1857. Ayahnya adalah guru besar Geometri di Universitas Oxford yang bernama Prof. Domine Baden-Powell. Ibunya adalah seorang putrid dari Admiral Inggris yang bernama Miss Henrieta Grace Smyth.
Baden-Powell mempunyai 9 orang saudara, yaitu : Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta, Jessie, dan Baden Fletcher. BP pun dituntut hidup mandiri ketika menjadi yatim di usia 3 tahun. Hidup bersama ibunda tercinta, ia adalah orang yang kuat, tak mudah putus asa, dan suka menolong.

BP bersekolah di Charter House School tahun 1870, dan menjadi murid teladan. Banyak kegiatan ekstra yang ia tekuni, seperti :
1. Marching Band.
2. Klub Menembak (Rifle Corps).
3. Teater.
4. Seni Lukis dan Gambar.
5. Kiper
Setelah menamatkan sekolahnya, BP pun bergabung dengan Dinas Kemiliteran. Dari Akademi itu, BP di tempatkan di India dengan pangkat pembantu Letnan. Dengan berbekal pengalaman yang ia dapat, akhirnya BP bertugas di Mafeking, Afrika Selatan, sebagai pemimpin pertahanan Kota Mafeking terhadap pengepung Bangsa Boer selama 217 hari. Karena keberaniannya, BP pun di juluki “IMPEESA” yang artinya “ Srigala yang tidak pernah tudu.”
Pada tahun 1901, BP kembali ke Inggris dan menulis pengalamannya dalam sebyah biku yang berjudul Aids To Scouting. Perkemahan pertama diselenggarakan di Pulau Brownsea, tahun 1908. BP kembali menulis dengan judul Scouting For Boy, dan buku inilah yang melahirkan perkembangan di dunia Kepanduan. Tahun 1910, BP mulai berkonsentrasi penuh mengembangkan kepanduan di seluruh dunia. Pada tahun ini pula BP menikah dengan seorang wanita nan cantik jelita bernama Olive St. Clair Soames ( Lady Baden-Powell) dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu : Peter, Heather, and Betty. Jambore pertama kali diadakan di Olimpia, London, Inggris. BP pun diangkat sebagai Chief Scout of The World pada tanggal 6 Agustus 1920. BP dan istrinya pun menghabiskan masa-masa akhirnya di Inggris. BP wafat tanggal 8 Januari 1941.
Catatan :
1. Bangsa Boer adalah bangsa Eropa keturunan Belanda yang lahir dan di besarkan di Afrika. Sekarang bangsa Boer banyak tinggal di Afrika Selatan.
2. Scouting For Boys merupakan sebuah master piece dan best seller yang menggemparkan dunia.



[+/-] Selengkapnya...

M. H. THAMRIN,
POLITIKUS SANTUN





MOHAMMAD Husni Thamrin dilahirkan di Sawah Besar, Betawi, tahum 1894. Ia berasal dari keluarga berada.
Kakeknya, Ort, orang Inggris, pemilik hotel di bilangan Petojo, yang menikah dengan perempuan Betawi, Noeraini. Ayahnya, Thamrin Mohammad Thabrie, pernah menjadi wedana Batavia tahun 1908, jabatan tertinggi nomor dua yang terbuka bagi warga pribumi setelah bupati,
Ia masuk sekolah Belanda, fasih berbahasa ini, mampu berdebat dengan baik. Memulai kareir sebagai pegawai magang di Residen Batavia dan pegawai klerk di perusahaan pelayaran KPM, M. H. Thamrin duduk di Dewan Kota ( Gemeenteraad, 1919-1941 ) lalu di Dewan Rakyat ( Volksraad, 1927-1941 ).
Pengarang Pramoedya Ananta Toer memiliki berbagai dokumen tentang MH Thamrin karena istrinya adalah keponakan dari tokoh Betawi itu.
Dua modus perjuangan
Perjuangan melawan Belanda dilakukan karena pergerakandengan dua modus, yaitu bersedia bekerjasama pihak kolonial atau tidak. Bila dwitunggal Boekarno-Hatta disebut sebagai perpaduan Jawa-luar Jawa serta gabungan orator ulung dengan administrator andal, pasangan Thamrin-Soekarno dilihat sejarawan Bob Hering sebagai paduan modus perjuangan kooperatif dengan nonkooperatif.
Selama ini kata “kooperatif” memiliki konotasi kurang positif. Orang lebih menghargai tokoh yang berjuang secara non-koo. Namun, kedua jalur itu saling melengkapi perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan. Bahkan dari tahun 1933 sampai 1942 saat pergerakan soekarno-Hatta-Sjahrir terkesan mandek, justru Thamrin tetap bergerak dengan bersemangat di Volksraad.
Thamrin sering disebut satu napas dengan Bung Karno. Ia hadir saat Soekarno diadili, kala dijebloskan di penjara, saat Bung Karno dibuang ke Ende. Belanda menghukum Thamrin dengan tahanan rumah justru setelah Soekarno berkunjung ke rumahnya. Dengan demikian, Thamrin menjadi tali penghubung( traid d’union ) kelompok pergerakan yang kooperatifdan nonkooperatif, juga antara kelompok pergerakandengan Volksraad.
Ila Bung Karno berpidato tentang makro, seperti falsafah dan ideologi Negara, Thamrin menukik kepada persoalan mikro, seperti kampung yang becek tanpa penerangan dan masalah banjir. Ia memprotes mengapa perumahan eliteMenteng yang diprioritaskan pembangunannya, sedangkan kampong kumuh diabaikan. Ia mempersoalkan harga kedelai, gula, beras, karet rakyat, kapuk, kopra, dan semua komoditas yang dihasilkan rakyat. Ia berbicara tentang pajak dan sewa tanah.
Bersama anggota lain di Volksraad, Thamrin mempertanyakan anggaran pertanian yang hanya 57 juta gulden, sedangkan angkatan darat, laut, dan polisi 174 juta gulden
Ia sering kalah dalam pemungutan suara, tetapi tetap mengajukan mosi bila ada aturan Pemerintah Hindia Belanda yang merugikan perjuangan kaum pergerakan. Thamrin memang kooperatif, tetapi berdasar loyalitas terhadap Belanda. Ia tahu persis bagaimana beroposisi secara santun. Kaum Betawi yang didrikan tidak terlalu berkembang.,. Walau tanpa organisasi politik, ia mampu meniti karier politik di Dewan Rakyat.
Thamri bukanlah kooperatif tanpa reserve. Ia memiliki prinsip, sebagai tercermin dalam pernyataannya “Nasionalis kooperatif dan nonkooperatif memiliki satu tujuan bersama yang yang sama-sama yakin pada Indonesia Merdeka! Jika kami kaum kooperatormerasa bahwa pendekatan kami kurang efektif, maka kami akan menjadi yang pertama mengambil arah kebijakan politik yang diperlukan.” ( Handelingen Volksraad,1931-1032 )
Menurut Surat Kabar Bintang Timur (15/07/1933), Thamrin adalah kampiun kaum nasionalis di Volksraad yang tak diragukan, ia berani mengingatkan pemerintah dalam banyak isu penting. Koran Adil 17 Juli 1933 mengungkapkan, Thamrin selalu menyampaikan pidato dengan argument yang tepat, yang membuat darah tukang lobi anti-Indonesia Merdeka, seperti Fruin dan Zentgraaff jadi mendidih.
Thamrin menggunakan kesempatan secara brilian untuk menarik perhatian sungguh-sungguh terhadap apa yang “ sebenarnya hidup dalam kalbu pergerakan seluruhnya”. Thamrin berbicara tentang kebenaran dan melakukan pekerjaan sepenuh hati dalam situasi begitu sulit dalam pergerakan. Dalam berdebat yang penting argument kuat, Thamrin sendiri tidak pernah menggunakan kata-kata tajam dan keras.
Ada sebuah pernyataan MH Thamrin yang disampaikan 70 tahun silam, namun masih terasa kebenarannya sampai sekarang meski pemerintah telah gonta-ganti: “ Satu hal yang dapat dipastikan bahwa rasa keadilan yang dibangun dewasa ini sangatlah sulit dicari. Kepercayaan terhadap keputusan pengdilan termasuk salah satu sandaran utama Negara yang sangat penting, tetapi dengan banyaknya keraguan terhadap kenetralan institusi pengadilan, maka pemerintah akan kehilangan salah satu pilar terkuat untuk memelihara kedaulatan hokum.” ( Handelingen Volksraad, 1930-1931 ).
Tak kibarkan bendera Belanda
Meski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif pada akhirnya hayatnya justru Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.
Dalam suatu kesempatan, ia juga mempelesetkan JINTAN obat kumur murah buatan Jepang, menjadi “ Jendral Japan Ini Nanti Toeloeng Anak Negeri”. Selain itu, tokoh Jepang Kobajashi dipanjangkan menjadi “ Kolonial Orang Belanda akan Japan AmbilSeantero Indonesia”. Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia terhadap Belanda dan main mata dengan pihak Jepang.
Di rumahnya di Sawah Besar No. 32, Thamrin muntah-muntah dan demam mungkin karena gangguan ginjal, kecapaian, dan malaria. Istrinya meminta polisi agar mengizinkan kunjungan dokternya. Akhirnya sang dokter dating, tetapi sudah terlambat, tanggal 10 Januari 1941, suhu badan Thamrin sangat tinggi dan ia hampir tidak bias bicara. Dokter memberikan suntikan untuk menurunkan panas, namun penyakitnya tidak tertolong lagi, esok shubuh ia meninggal.
Pada hari pemakamannya, dari rumahnya di Sawah Besar sampai di kuburan Karet, lebih dari 20. 000 orang mengantarkan jenazah tokoh Betawi itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tahun 1960, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai pahlawan nasional. Kapan muncul lagi politikus santun seperti M.H.Thamrin?






[+/-] Selengkapnya...

Bookmark and Share







Google